*1 Korintus 9:24,
Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari....Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya.
Renungan:
Perbedaaan yang mendasar antara pemain dan penonton dalam sebuah pertandingan akbar, misal pertandingan sepak bola, adalah,
Pertama, jumlah pemain yang turun ke lapangan hanya 22 orang, dimana 1 tim terdiri dari 11 orang, namun 22 orang ini justru jadi pusat perhatian, sementara puluhan ribu penonton tak menonjol.
Kedua, pemain dibayar untuk bermain, penonton harus membayar untuk bisa melihat pertandingan.
Ketiga, pemain punya resiko kalah, tapi juga memiliki peluang untuk menang, sementara penonton sama sekali tidak kalah atau menang.
Keempat, pemain sedang berusaha mencetak sejarah, tetapi penonton hanya saksi dari sejarah.
Kelima, pemain melakukan action, penonton berkata-kata tanpa tindakan, dan setiap ejekan, cibiran, hinaan serta komentar penonton tidak menunjukkan bahwa penonton lebih baik dari pemain.
Tuhan tidak pernah menentukan kita umat-Nya hanya untuk menjadi penonton saja. Tuhan menghendaki agar kita turut dalam bertanding. Bukan menadi pengamat sejarah ataupun saksi sejarah, tapi kitalah orang-orang yang senantiasa mengukir sejarah.
Sayangnya, hanya sedikit dari antara kita yang mau jadi pemain yang senantiasa berjuang dan bersedia membayar harga untuk meraih keberhasilannya. Faktanya, dimana ada sebuah pertandingan, jumlah pemain selalu lebih sedikit dibanding jumlah penonton.
Pemain itu minoritas, penonton itu mayoritas. Namun yang minoritas ini justru lebih berpengaruh dibandingkan dengan yang mayoritas.
Anda dan saya adalah pemain, bukan hanya sekedar atau asal bermain saja, tetapi kita benar-benar fokus untuk raih keberhasilan. Melalui kemenangan atau keberhasilan yang kita raih, nama Tuhan di permuliakan.
Sebagaimana seorang juara membawa harum bagi negara yang di wakilinya, demikian juga kiprah kita dalam hidup ini, khususnya dalam studi, bisnis, pekerjaan dan pelayanan kita, senantiasa membawa harum bagi hormat dan kemuliaan nama Tuhan. Menjadi tanggung jawab kita semua, untuk selalu menghadirkan Kerajaan Allah dimuka bumi dan menyatakan Yesus kepada dunia, melalui pikiran, perkataan dan perbuatan kita.
Jangan tunggu esok hari, jika hari ini ada, kesempatan kenapa tidak?
Kedua, pemain dibayar untuk bermain, penonton harus membayar untuk bisa melihat pertandingan.
Ketiga, pemain punya resiko kalah, tapi juga memiliki peluang untuk menang, sementara penonton sama sekali tidak kalah atau menang.
Keempat, pemain sedang berusaha mencetak sejarah, tetapi penonton hanya saksi dari sejarah.
Kelima, pemain melakukan action, penonton berkata-kata tanpa tindakan, dan setiap ejekan, cibiran, hinaan serta komentar penonton tidak menunjukkan bahwa penonton lebih baik dari pemain.
Tuhan tidak pernah menentukan kita umat-Nya hanya untuk menjadi penonton saja. Tuhan menghendaki agar kita turut dalam bertanding. Bukan menadi pengamat sejarah ataupun saksi sejarah, tapi kitalah orang-orang yang senantiasa mengukir sejarah.
Sayangnya, hanya sedikit dari antara kita yang mau jadi pemain yang senantiasa berjuang dan bersedia membayar harga untuk meraih keberhasilannya. Faktanya, dimana ada sebuah pertandingan, jumlah pemain selalu lebih sedikit dibanding jumlah penonton.
Pemain itu minoritas, penonton itu mayoritas. Namun yang minoritas ini justru lebih berpengaruh dibandingkan dengan yang mayoritas.
Anda dan saya adalah pemain, bukan hanya sekedar atau asal bermain saja, tetapi kita benar-benar fokus untuk raih keberhasilan. Melalui kemenangan atau keberhasilan yang kita raih, nama Tuhan di permuliakan.
Sebagaimana seorang juara membawa harum bagi negara yang di wakilinya, demikian juga kiprah kita dalam hidup ini, khususnya dalam studi, bisnis, pekerjaan dan pelayanan kita, senantiasa membawa harum bagi hormat dan kemuliaan nama Tuhan. Menjadi tanggung jawab kita semua, untuk selalu menghadirkan Kerajaan Allah dimuka bumi dan menyatakan Yesus kepada dunia, melalui pikiran, perkataan dan perbuatan kita.
Jangan tunggu esok hari, jika hari ini ada, kesempatan kenapa tidak?
Post a Comment