Kakek Nenek Pun Masih Sulit
Pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang petapa yang tinggal sepanjang waktu di sebatang pohon. Tak peduli hujan angin atau terik matahari, ia tetap bertahan di pohon yang tinggi itu. Karena kebiasaan anehnya itu, orang desa menjulukinya Si Sarang Burung.
Banyak orang yang suka bercakap-cakap dengan Si Sarang Burung dan mereka merasa cocok dengan nasihat-nasihat darinya. Lambat laun ia menjadi terkenal dan dianggap sebagai guru yang bijaksana. Reputasinya menyebar ke seluruh penjuru negeri. Orang–orang berdatangan dari jauh untuk meminta petuahnya. Bahkan, Pak Gubernur pun memutuskan untuk menemui petapa itu guna membahas berbagai hal penting.
Suatu pagi, Pak Gubernur berangkat menuju ke tempat Si Sarang Burung. Setelah menempuh perjalanan berat selama berhari-hari, akhirnya tibalah Pak Gubernur di pohon kediaman Si Sarang Burung. Tampak olehnya, sang petapa sedang duduk dengan tenangnya di ketinggian pohon, seraya menikmati kicauan burung dalam hangatnya musim semi.
Seraya menengadah, Pak Gubernur berteriak, ”Sarang Burung! Saya gubernur provinsi ini, datang jauh-jauh untuk bicara denganmu. Saya punya pertanyaan yang sangat penting!”
Pak Gubernur menanti jawaban, namun hanya desiran dedaunan yang didengarnya. Ia melanjutkan , “Begini pertanyaanku. Apakah hal terpenting yang diajarkan oleh semua orang bijak?”
Selama beberapa jenak hanya gemerisik lembut daun saja yang terdengar. Akhirnya, keheningan terpecahkan oleh suara penuh wibawa dari atas pohon,
“Jangan Jahat. Jadilah Orang Baik.”
Pak Gubernur yang sekolahnya tinggi merasa bahwa jawaban tersebut terlalu remeh. Belum lagi dia telah menempuh perjalanan berhari-hari, masa hanya jawaban semacam itu yang didapatnya?
Sambil menggerutu, Pak Gubernur menukas ketus, “Jangan jahat? Jadilah orang baik? Kalau cuma begitu , anak-anak saja tahu!”
Sembari melongok ke bawah, Si Sarang Burung menimpali sembari tersenyum simpul, “Memang anak-anak saja tahu, tapi kakek nenek pun masih sulit melakukannya!”
Benar. Jawaban yang diberi oleh petuah di atas terkesan remeh. Namun apakah seremeh kita melaksanakannya juga?
Silahkan direnungkan.
Tuhan Yesus Memberkati.
Post a Comment